

Cyberlawnews.com – PANGKALPINANG Mengapa Marah itu berbahaya ? Jum’at ( 14 /3/2025 ) Pernahkah kita menyesali kata-kata atau tindakan yang kita lakukan saat marah?
Itulah bahayanya amarah. Ia bisa membutakan akal sehat dan membawa seseorang pada tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Rasulullah ﷺ mengingatkan dalam sabdanya:
إِنَّ ٱلْغَضَبَ مِنَ ٱلشَّيْطَانِ، وَإِنَّ ٱلشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ ٱلنَّارِ، وَإِنَّمَا تُطْفَأُ ٱلنَّارُ بِٱلْمَاءِ، فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
“Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api. Sedangkan api hanya bisa dipadamkan dengan air. Maka, jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah ia berwudu.” (HR. Abu Dawud)
Mengapa Rasulullah ﷺ menghubungkan amarah dengan setan? Karena saat seseorang marah, ia lebih mudah tergoda untuk:
✅ Berkata kasar dan melukai perasaan orang lain.
✅ Bertindak gegabah tanpa berpikir panjang.
✅ Membuka celah bagi setan untuk menghasut keburukan.
Bahkan, dalam sebuah riwayat, setan berkata:
كَيْفَ يَغْلِبُنِي ٱبْنُ آدَمَ؟ إِذَا رَضِيَ حَبَبْتُ حَتَّىٰ أَكُوْنَ فِي قَلْبِهِ، وَإِذَا غَضِبَ طِرْتُ حَتَّىٰ أَكُوْنَ فِي رَأْسِهِ
“Bagaimana mungkin anak Adam bisa mengalahkanku? Saat mereka ridho, aku senang hingga berada di hatinya. Dan saat mereka marah, aku terbang hingga berada di kepalanya.” (HR. Al-Baihaqi)
Inilah mengapa Imam Ja’far bin Muhammad berkata:
اَلْغَضَبُ مِفْتَاحُ كُلِّ شَرٍّ
“Marah adalah kunci segala keburukan.” (HR. Ibnu Rajab)
Marah bukan sekadar emosi sesaat. Jika dibiarkan, ia bisa berubah menjadi dendam, kebencian, bahkan tindakan yang lebih berbahaya.
Lalu, bagaimana cara menahan amarah agar tidak menjadi bumerang bagi diri kita?
Bersambung ke Bagian 3: Cara Menahan Amarah Menurut Islam.